• Beranda
  • Berita
  • Artikel
  • Profil
  • Dokumen
  1. Home
  2. Berita
  3. MEWUJUDKAN ECCLESIA DOMESTICA (Laporan dari Sidang MPL PGI 2025 di Batu Malang 7-11 Februari 2025)

MEWUJUDKAN ECCLESIA DOMESTICA (Laporan dari Sidang MPL PGI 2025 di Batu Malang 7-11 Februari 2025)

Share:
67 views
01 March 2025

Sidang Majelis Lengkap Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPL-PGI) tahun 2025 diselenggarakan pada tanggal 7-10 Februari 2025 di Batu, Malang, Jawa Timur. Tuan dan Puan Rumah adalah Gereja Protestan Indonesia di Bagian Barat (GPIB).  Kegiatan ini merupakan sidang tahunan pertama setelah Sidang Raya XVIII PGI 2024 di Toraja. Dengan demikian Sidang MPL 2025 adalah sidang pertama yang bertugas menterjemahkan Keputusan SR Toraja menjadi Program Kerja Lima Tahun (Prokelita) PGI 2024-2029.

Ketua Umum BPS Gereja Toraja hadir di Sidang MPL sebagai Ketua 1 MPH PGI 2024-2029. Anggota MPL PGI dari Gereja Toraja, Pdt. Christian Tanduk, M.Th, berhalangan untuk hadir, sehingga diwakilkan kepada Wakil Sekretaris Umum, Pnt. Yunus Buana Patiku. Selain itu, ada 4 peserta MPL PGI 2025 dari Gereja Toraja yang hadir mewakili lembaga yang berbeda, yakni mantan Ketua 1 BPS Gereja Toraja yang saat ini sedang menjabat sebagai Presiden WCC Pdt. Dr. Henriette Hutabarat Lebang, M.A. yang juga hadir mewakili Lembaga Alkitab Indonesia; Pdt. Daniel Patandianan, S.Th, yang hadir sebagai utusan PGIW Kalimantan Utara; Pdt. Doli Rante Pangloli, S.Th yang hadir sebagai anggota MPL Mitra Pemuda dan Apt. Dahlia Dahlan, S.Farm., yang hadir sebagai anggota MPL Mitra Perempuan.

 

ISU SENTRAL

  • Ecclesia Domestica

Isu sentral yang berkembang selama persidangan diangkat dari pendalaman keputusan Sidang Raya PGI 2024 di Toraja. Salah satu isu utama yang menjadi perhatian adalah krisis dalam keluarga. Meningkatnya angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga menjadi keprihatinan besar, disertai dengan dampak negatif dari teknologi digital seperti pornografi dan kecanduan media sosial. Selain itu, ketimpangan sosial ekonomi, kekerasan berbasis gender, eksploitasi seksual, serta perdagangan manusia turut memperburuk kondisi keluarga.

  • Kiamat Ekologis

Tanggung jawab gereja terhadap isu lingkungan hidup menjadi perhatian utama. Kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan alih fungsi lahan telah memicu bencana ekologis seperti banjir dan tanah longsor, serta krisis air bersih yang mengancam kehidupan masyarakat. Gereja diharapkan mengambil peran aktif dalam advokasi kebijakan yang mendukung kelestarian lingkungan, mendorong kesadaran ekoteologi, serta membangun solidaritas dengan komunitas terdampak untuk menjaga keadilan ekologis dan kesejahteraan bersama.

  • Revitalisasi Pendidikan

Banyak lembaga pendidikan yang dikelola oleh gereja mengalami kemunduran, baik dalam kualitas maupun daya saing. Padahal, pendidikan merupakan bagian tak terpisahkan dari pekabaran Injil, karena melalui pendidikan, nilai-nilai Kristiani dapat ditanamkan dan generasi mendatang dapat dipersiapkan menjadi pemimpin yang berintegritas. Oleh karena itu, gereja harus lebih serius dalam memajukan pendidikan, baik dengan meningkatkan kualitas tenaga pendidik, memperbaiki sarana prasarana, maupun memastikan akses pendidikan yang inklusif dan berkualitas bagi semua kalangan.

 

BEBERAPA CATATAN TENTANG KEPUTUSAN-KEPUTUSAN STRATEGIS

  • Ecumenical in Action-Berbagi Roti

PGI mendorong sinode-sinode gereja anggotanya untuk mewujudkan Ecumenical in Action sebagai wujud nyata dari semangat kebersamaan dalam persekutuan gereja-gereja di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan melalui kerja sama yang erat dalam berbagai bidang pelayanan, termasuk pendidikan, sosial, dan advokasi, serta keterlibatan aktif dalam menjawab tantangan yang dihadapi jemaat dan masyarakat.

  • Menjadi Saudara Bagi Alam

Gereja harus memposisikan diri sebagai saudara bagi alam dengan menyadari bahwa seluruh ciptaan Tuhan, termasuk manusia dan lingkungan, saling terhubung dalam satu kesatuan ekologi yang utuh. Sebagai saudara, gereja tidak boleh bersikap eksploitatif terhadap alam, tetapi harus menjaganya dengan penuh kasih dan tanggung jawab, sebagaimana manusia dipanggil untuk merawat dan mengusahakan bumi (Kejadian 2:15). 

  • Literasi Digital

Kemajuan teknologi membawa dampak besar bagi kehidupan anak-anak, tetapi jika tidak diawasi dengan baik, dapat menimbulkan berbagai bahaya dan pengaruh negatif. Paparan berlebihan terhadap gawai dan internet dapat menyebabkan kecanduan, menurunkan interaksi sosial, serta menghambat perkembangan keterampilan emosional dan komunikasi anak.

  • Eksploitasi Hak Masyarakat Adat

Hilangnya hak masyarakat adat atas tanah mereka menjadi salah satu dampak serius dari ekspansi investasi besar, terutama di sektor perkebunan, pertambangan, dan infrastruktur. 

  • Penjemaatan DKG

Sosialisasi dan penjemaatan Dokumen Keesaan Gereja (DKG) 2024-2029 merupakan tanggung jawab utama sinode-sinode anggota PGI dan tidak boleh hanya diserahkan kepada PGI di Salemba 10. Sebagai bagian dari komitmen ekumenis, setiap sinode harus mampu menerjemahkan isi dan makna DKG secara kontekstual hingga ke tingkat jemaat.

Laporan lengkap dapat dibaca di “MEWUJUDKAN ECCLESIA DOMESTICA” 

 

Pewarta : Yunus Buana Patiku

Eltuin
Editor : Redaksi 2

Berita Terpopuler

Redaksi 2

Melewati Banjir Demi Pekabaran Injil

Eltuin

Adakan Pembinaan Pegawai se-Klasis Makassar Tengah, BPK...

Redaksi 2

70 Peserta Dinyatakan Lulus Tes Calon Proponen Gereja T...


Berita Lainnya

Selasa, 04 Maret 2025

Adakan Pembinaan Pegawai se-Klasis Makassar Tengah, BPK Hadirkan Wasekum BPS dan...

Makassar – Pembinaan Pegawai Gereja Toraja se-Klasis Makassar Tengah yang diadakan oleh Badan Pekerja Klasis Makassar Tengah berlangsung dengan baik dan lancar. Bertempat di Grand Maleo Hotel lantai 3, kegiatan pembinaan ini diikuti oleh seluruh pekerja gereja dari 10 jemaat, para pendeta dan beberapa sekretaris/bendahara jemaat. 

Hadir sebagai narasumber Yunus Buana Patiku selaku Wakil Sekretaris Umum BPS yang membawakan materi Penataan Administrasi Gereja Toraja, Adrianus Sandy Kalalimbong selaku sekretaris BPK Makassar Tengah membawakan materi Sosialisasi Peraturan Kepegawaian Gereja Toraja, dan BPJS Tenaga Kerja Makassar yang membawakan materi Tunjangan Keselamatan Kerja dan Jaminan Hari Tua.

Antusias peserta mengikuti kegiatan ini cukup tinggi. Nampak dari banyaknya pertanyaan yang muncul, bahkan kegiatan yang semula direncanakan selesai pada pukul 15.30 Wita harus ditambah durasinya sampai pukul 17.00 Wita karena beberapa orang masih berharap bisa diberi kesempatan untuk bertanya. 

Kegiatan dimulai pukul 08.45 Wita dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Kristian, dan ditutup dengan doa oleh Pdt. Martinus Tangketasik pada pukul 17.00 Wita. 

 

Pewarta : Eltuin

Rabu, 26 Maret 2025

Ketua Umum Panitia HUT ke-78 Gereja Toraja, William P. Sabandar: Hutan Toraja Me...

Pelaksanaan Ibadah Raya I sebagai rangkaian pembukaan perayaan Ulang Tahun ke-78 Gereja Toraja tahun 2025 berlangsung di Hutan Buntu Talling, Mengkendek, Tana Toraja. Ibadah raya dipimpin oleh Pdt. Robert Patannang Borrong, PhD, Ketua Majelis Pertimbangan Gereja Kristen Sulawesi Barat (GKSB). Bertolak dari bacaan Mazmur 104:30, pendeta Robert yang juga seorang penulis buku berjudul "Etika Bumi Baru" mengulas banyak hal sekaitan dengan upaya merawat bumi. 

Pemilihan hutan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan sejalan dengan komitmen ketua umum panitia, William P. Sabandar, M.Eng.Sc., Ph.D. yang punya rekam jejak yang cukup panjang dalam bidang lingkungan. Ia sangat mengucap syukur kegiatan ibadah pembukaan berjalan dengan lancar dan berharap warga Gereja Toraja secara serius turut dalam upaya memelihara bumi sebagai rumah bersama. 

“Toraja ini harus dibangun dengan sebuah pendekatan yang unik. Dari sekitar 200 ribu hektar luas wilayah Tana Toraja, sekitar 100 ribu hektar lebih yang menjadi kawasan hutan, 80 hektar di antaranya adalah hutan lindung. Sementara di Toraja Utara 50 persen adalah hutan lindung. Artinya mayoritas hutan di Toraja tidak bisa ditebang karena 84 persen adalah hutan lindung. Ini merupakan hutan yang disiapkan sebagai penjaga bagi daerah yang lain. Kita kecil, tapi keberlangsungan ekosistem lingkungan di tanah Sulawesi ini sangat bergantung pada bagaimana orang Toraja merawat hutannya,” ungkap William dalam sambutannya.  

William juga mengajak seluruh pihak melibatkan diri dalam upaya menjaga hutan. Jika perlu melibatkan seluruh penjuru nusantara dan komunitas internasional. Isu hutan merupakan isu internasional. Hutan adalah salah satu aset paling berharga di dunia. Di depan kamera, ia menyampaikan ajakan dalam bahasa Inggris.

My fellow, my friends the global community. I'm standing here with the community of Toraja Church with the government, with the people of Toraja.  We would like to invite you to come to Toraja to be part of the effort to preserve to protect and sustain the forest of Toraja. We would like to be part of the effort of the global community to save the world. Please come, please enjoy and please be part of this initiative. 

Keberadaan hutan Toraja menjadi sangat penting karena luas kawasan hutan lindung yang sangat besar. Seperti diketahui, dari sekitar 120 juta hektar hutan di Indonesia hanya 25 persen yang merupakan hutan lindung. 

Baca juga Gereja Toraja Rayakan HUT ke-78 di Hutan, Bupati Tana Toraja: Keren

Rabu, 26 Maret 2025

Gereja Toraja Rayakan HUT ke-78 di Hutan, Bupati Tana Toraja: Keren

Merawat Bumi, Rumah Bersama yang didasarkan pada Mazmur 104:30 dipilih menjadi tema perayaan Ulang Tahun ke-78 Gereja Toraja tahun 2025. Mengambil tempat di Hutan Buntu Talling, Mengkendek, Tana Toraja, perayaan HUT (25/3) berjalan dengan lancar. Perayaan ini sebagai Ibadah Raya I (Pembukaan) rangkaian acara hari ulang tahun.  

Hadir dr. Zadrak Tombeg, Sp.A, selaku Bupati Kabupaten Tana Toraja. Dalam sambutannya, Zadrak menyampaikan apresiasi kepada Sinode Gereja Toraja yang mengadakan kegiatan ibadah raya ini di salah satu hutan di wilayah Tana Toraja. Bahkan, Zadrak mengatakan, hanya satu kata untuk kegiatan ini “keren”. Baginya kegiatan ini unik karena ibadah dilaksanakan di tengah hutan. 

“Toraja sedang mengkampanyekan perang terhadap sampah. Dalam waktu dekat Tana Toraja akan punya mesin pemilah sampah. Selain pendidikan dan kesehatan, masalah sampah harus menjadi salah satu isu yang perlu mendapat perhatian serius,” ungkapnya di tengah-tengah ratusan peserta ibadah.  

Zadrak yang hadir bersama wakilnya, Erianto Laso’ Paundanan, M.H., juga mensosialisasikan sebuah tagline yang diusung Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, “Tana Toraja Masero (bersih)”. Hal ini dimaksudkan agar kebersihan baik kebersihan lingkungan, akhlak spirtual maupun sistem pemerintahan dapat menjadi gerakan bersama. Termasuk rencana penyusunan Perda area bebas asap rokok.

Sementara itu, Ketua umum panitia, William P. Sabandar, M.Eng.Sc., Ph.D. dalam sambutannya mengajak para diaspora Toraja di berbagai tempat, untuk sama-sama berkolaborasi mengembangkan konsep wisata berbasis hutan dan sungai. Menurut William hal ini bisa diwujudkan dalam rangkaian kegiatan HUT Gereja Toraja. Supaya selepas Ibadah Raya II yang direncanakan akan dilaksanakan pada Juni 2025 di Hutan Tandung Nanggala, upaya pelestarian hutan dan sungai terus berjalan beriringan dengan dunia pariwisata. 

“Perlu melibatkan komunitas internasional, karena isu hutan merupakan isu internasional,” kata William. Ia juga mengajak seluruh dunia untuk melihat Toraja sebagai salah satu wilayah yang hutannya perlu mendapat perhatian yang serius. 

HUT Gereja Toraja yang mengambil tema lingkungan bukan baru kali ini saja. Tahun 2024 yang lalu, pada perayaan hari ulang tahun ke-77, Gereja Toraja mengadakan Festival Sungai Sa’dan dengan mengusung tema “Mengalir Sungai Kehidupan”. Kegiatan Ibadah Raya I saat itu berlangsung di To’Barana’ dan Karonanga Sa’dan Ulu Salu, serta pelaksanaan penanaman ribuan pohon dari hulu hingga hilir bantaran Sungai Sa’dan. 

Kamis, 13 Februari 2025

Melewati Banjir Demi Pekabaran Injil

Tangmentoe, 12 Februari 2025 – Perjalanan menuju pelayanan sering kali diwarnai tantangan yang menguji ketangguhan dan komitmen. Itulah yang dialami oleh Pdt. Laurens Jan Vogelaar saat hendak menjadi pembicara pada Training of Trainers (TOT) Brosur Pekabaran Injil (PI) di Tangmentoe. Perjalanan yang seharusnya lancar berubah menjadi perjuangan penuh ketidakpastian akibat banjir besar di Maros yang melumpuhkan jalur darat.

Pada 11 Februari 2025, Pdt. Laurens Jan Vogelaar—akrab disapa Pdt. Laurens—berangkat dari Makassar dengan bus malam, berharap tiba di Tangmentoe pada pagi hari. Namun, harapan itu pupus ketika bus yang ditumpanginya terjebak kemacetan panjang akibat banjir yang merendam wilayah Maros. Hingga pukul 05.00 WITA keesokan harinya, bus masih tak bisa bergerak. Situasi semakin sulit karena genangan banjir juga meluas hingga Barru dan Parepare, menutup seluruh akses darat menuju Toraja.

Di tengah keterbatasan pilihan, Pdt. Laurens memutuskan untuk turun dari bus dan mencari jalan lain. Setelah mempertimbangkan berbagai opsi, akhirnya ia menemukan penerbangan ke Toraja pada 12 Februari pukul 09.35 WITA. Tanpa ragu, ia memilih jalur udara agar bisa tetap memenuhi tugasnya di Tangmentoe.

Tepat pukul 11.15 WITA, Pdt. Laurens tiba di lokasi kegiatan. Ia ditemani Pnt. Yunus Buana Patiku, Wakil Sekretaris Umum BPS Gereja Toraja yang sama menumpangi pesawat yang sama dari Makassar. Para peserta TOT yang telah menunggu sejak jam 9 pagi tetap antusias menyambut kehadirannya. Meskipun masih lelah setelah perjalanan yang penuh tantangan, semangatnya untuk membagikan materi tidak surut. Dengan penuh energi, ia menyampaikan materi terkait Pekabaran Injil, menyiapkan para fasilitator yang kelak akan turun ke klasis dan jemaat-jemaat untuk mendorong setiap warga gereja melaksanakan misi penginjilan.

Antusiasme peserta begitu tinggi hingga sesi yang seharusnya berakhir pukul 13.00 WITA harus diperpanjang hingga 15.40 WITA. Diskusi berjalan dinamis, banyak peserta yang berinteraksi langsung dengan Pdt. Laurens untuk menggali lebih dalam tentang strategi PI.

Pdt. Laurens diutus oleh GZB Belanda untuk melayani di Komisi Pekabaran Injil Gereja Toraja. Saat ini berjemaat di Gereja Toraja Jemaat Tanjung Marannu, Klasis Makassar. Komitmennya dalam pelayanan terlihat jelas, bahkan di tengah kendala perjalanan yang berat. Kejadian ini bukan sekadar cerita tentang tantangan perjalanan, tetapi juga kisah ketekunan dan dedikasi dalam melayani Tuhan dan gereja-Nya.

Perjuangan Pdt. Laurens untuk tetap hadir di Tangmentoe menjadi pengingat bahwa pekabaran Injil bukan sekadar tugas biasa, tetapi panggilan yang harus dijalani dengan kesungguhan hati, melewati berbagai rintangan dengan keyakinan bahwa Tuhan selalu menyertai perjalanan hamba-Nya. (*/unu)

 

Pewarta : Yunus Buana Patiku

Lahir di awal tahun 1968 dengan nama Bulletin Gereja Toraja.

Pengunjung :

  • Hari Ini: 11

  • Minggu Ini: 111

  • Bulan Ini: 344

  • Tahun Ini: 3.7rb

  • Total Kunjungan: 3.7rb

Social Media

Copyright Tutungan Bia' © All rights reserved | This is made by Denson Patibang

  • Terms of use
  • Privacy Policy
  • Contact